Menepi Sepi di Surabaya

Halo, sudah lama tidak bersua melalui tulisan ya kawan mangseen semua. Jadi, kemarin hari saya berkesempatan untuk berbagi dan bertemu perempuan hebat di Kelas Media Islam Surabaya. Selain karena pematerinya si penulis idola yaitu mbak Kalis Mardiasih, saya juga ingin bertemu tamu perempuan Surabaya.



Rencana cukup mendadak menyoal akomodasi, baru saja pesan tiket kereta sehari sebelum berangkat. Walhasil, tidak kebagian tiket pulang. Tetapi masih ada bus yang bisa diandalkan. Minggu pagi, saya berangkat dari stasiun Blitar sendirian. Dari petugas check in diarahkan menuju kereta di jalur dua, namun angan-angan saya tetap yakin bahwa tiket yang kemarin hari saya titipkan teman adalah kereta Dhoho lewat jalur Kertosono. Perjalanan awal nampak biasa aja seperti perjalanan yang biasa saya tempuh tanpa seorang kawan. Namun, kekacauan mulai tampak saat pemeriksaan tiket. Pak kondektur bilang tiket yang saya bawa yakni kereta penataran jalur Malang, duh! Berarti saya salah naik kereta! 
Ingin menertawai diri tapi sudah terlanjur begini. 

Kondektur hanya menyarankan untuk membeli tiket di Stasiun Kertosono nantinya, sesampai di sana saya langsung turun dan bertanya kesedian tiket ke Surabaya. Nahas, nasib baik tak berpihak, tiket ludes. Sembari menghela napas dan menahan tangis yang ingin pecah, saya duduk di kursi kayu di depan warung area stasiun. Sembari mengecek layanan ojek online untuk mengantarkan saya ke halte terdekat, usai menunggu lumayan lama akhirnya seorang ibu-ibu ojol menghampiri. Saya naik dan bercerita bahwa baru saja salah naik kereta, beliau tampak simpati. Hingga saat halte sudah nampak, beliau rela berteriak untuk mengetemkan sebuah bus Sugeng Rahayu yang akan menuju Surabaya. Ah, bus yang kemarin hari jadi obrolan menyeramkan dengan kawan akhirnya saya bisa naik juga.

Bus Sugeng Rahayu memberikan saya tempat tepat di sebelah kernet, obrolan yang cukup seru antara sopir dan kernet lumayan mengikis rasa takut. Ternyata bus SR tidak sengeri yang saya kira, tapi kalau bicara kecepatan memang tiada dua. Peluh saya menetes hingga basah di kerudung, sesekali menatap jalan yang masih panjang, perasaan takut tidak sampai tujuan meliputi. Tetapi meskipu nantinya tidak kedapatan menyimak acara, setidaknya saya sudah berkunjung ke ibu kota. Kota yang langit-langitnya merekam sejarah, seperti kisah Minke dan Annelies.

Jalan Kertosono-Surabaya sempat macet di daerah Mojokerto, namun lumayan lengang hingga terminal Purabaya, Surabaya. Sekitar pukul 11.45 saya sampai di lokasi usai memanfaatkan jasa ojol.  Terlambat satu jam karena drama salah kereta membuat saya tak berhenti menahan tawa, hingga sesi kedua saat mbak Kalis berbagi ilmu mengenai keadilan gender dan membuka sesi sharing saya ungkapkan semua kelucuan menuju tempat acara. Semua yang duduk di ruangan itu mengagumkan, kisah saya terlalu remeh dibanding perjuangan hidup mereka. Bertemu ibu-ibu dosen, perempuan karier, dan banyak sosok panutan. 

Jam 14.45 acara usai, sesi fotopun berlangsung. Saya sempatkan untuk meminta tanda tangan secara langsung dari Mbak Kalis. Seperti di reply-an twitter beliau kapan lalu, begini kata Mbak Kalis

"Dek, sampean mirip karo nial mojok lho. Tenan mirip"
Saya hanya tertawa dan justru meminta swafoto bersama buku Muslimah Yang Diperdebatkan. Sembari promosi dan mengabadikan momen dua super women aquarius bertemu. Hehe 



Agenda berlanjut menuju Makam Sunan Ampel, sengaja memilih berjalan sebentar sembari melemaskan otot dan juga ngirit biaya ojol. Setelah dirasa cukup berjalan, saya order ojek online. Diantar hingga depan tempat yang saya tuju, berjalan memasuki pasar pakaian sebelum Masjid Raya Ampel, saya menikmati lalu lalang orang yang datang dengan berbagai tujuan semisal ziarah, berdagang atau sekadar jalan-jalan. 



Menuju toilet berwudhu, menunaikan sholat ashar, dilanjut memasuki area makam untuk menunaikan tahlil. Hmm, adem memang bersila di depan makam Auliya'. Sembari berkontemplasi dengan diri, pukul 16.00 saya beranjak pamit dari makam. Pulang dan mengecek harga ojek online. Ternyata cukup mahal, demi mengamankan keuangan. Saya coba untuk berjalan ke Stasiun untuk naik MRT ala-ala Surabaya. Jaraknya lumayan membuat kaki pegal, tetapi semua terbayar lunas dengan pemotretan tubuh Ibu Kota yang sempat saya abadikan.


Pasar ini tampak lengang di sebuah Minggu yang akan berganti hari. Suasananya tampak seperti kota mati di sebuah film Hollywood. Lumayan merinding dan diliputi rasa was-was, tetapi saya tetap optimis untuk sampai di stasiun. Seperti satu foto juga yang sempat saya dapat di bawah ini :


Bangunan khas Belanda masih berdiri megah dengan masih dimanfaatkan untuk toko-toko elektronik dan kebutuhan lain. Daerah pecinan juga sempat saya lewati, hanya satu dua kendaraan melintas. Sisanya cuma saya yang berjalan di sekitar itu. Usai menghabiskan waktu 30 menit, saya sampai di Stasiun Surabaya Kota. Memesan tiket MRT seharga 5 ribu, lalu naik bersama seorang ibu lanjut usia dan mulai bercakap-cakap 



Beliau akan turun di Stasiun Porong, dan bertutur bahwa sedari pagi sudah tertimpa apes. Dompet beliau hilang saat menaiki bus, meski uang yang raib tak seberapa. Namun beliau tampak kehilangan karena sempat kebingungan saat akan memberi uang saku keponakannya. Begitupula saya juga berbagi sedikit cerita harus pulang ke Blitar di jam yang sudah larut, beliau sempat menyayangkan karena penolakan saya untuk menginap di rumah beliau. Tetapi, semua ada pelajaran berharga dan cerita-cerita yang bisa saya rangkum. 

Dua puluh menit naik MRT, saya sampai di Stasiun Waru. Memasuki terminal Purabaya mencari bus jurusan Malang, alhamdulillah langsung dapat dan akhirnya bisa pulang. Meski harus dioper di daerah Arjosari. Lega, dan bahagia menemukan tepian-tepian sepi di hiruk pikuk Surabaya. Bersapa ria dengan manusia yang banyak macamnya, ahhh ibu kota. Ternyata tak selamanya sadis-sadis juga. Sampai jumpa di perjalanan takjub menakjubkan lainnya. Tabik!

















You Might Also Like

1 komentar

  1. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    BalasHapus

Tentang Batas Teduh di Kota Malang

Photo By IG @anaafitt Sabtu (27/7) berkesempatan untuk mampir dan melipir ke salah satu kafe di Malang. Namanya cukup unik memang, pe...