Fenomena Cidro, Didi Kempot dan Masa Muda



Berkisar 6 tahun yang lalu, saat saya duduk di SMP. Menyukai lagu campursari adalah sebuah kekunoan atau termasuk hal yang tidak keren. Saya sendiri kerap menyanyikan atau mendengar campursari dari radio tua ibuk, atau kaset DVD bapak. Dulunya, saya sempat punya cita-cita jadi sinden karena sangat tertarik dengan budaya jawa, mocopat, dan dendang-dendang lagunya. Karena orangtua dan lingkungan tidak mendukung cita-cita itu, akhirnya saya hanya bisa menikmati mimpi itu jadi bayang-bayang saja. Kerap saya mempraktekan diri sebagai sinden yang harus duduk berjam-jam duduk bersimpuh, memegang buku yang berisi gending-gending jawa. Duh, kan saya kalo ingat begini jadi kangen nyonya-nyanyi campur sari di kamar. Lagu campursari di jaman saya tak begitu populer, hanya satu dua dari teman saya yang tahu dan hafal betul bagaimana lagu  udan janji, suket teki,  jambu alas, iwak lohan, sekonyong-konyong koder, layang kangen, sewu kutho, stasiun balapan dsb. Telinga saya sudah amat terbiasa dengan campursari, apalagi acara-acara di radio yang 80% masih kerap mendendangkan lagu campursari. Radio Wijangsongko Kediri jadi salah satu radio yang tetap menghidupkan acara guyonan dengan mbak menik dan lagu-lagu campursari. 

Lucunya, kini setelah terlampau enam tahun. Fenomena campursari terutama pak dhe didi kempot tengah menggegerkan dunia permusikan muda-mudi. Lagunya cidro bahkan dikenal dari berbagai kalangan pemuda luar jawa sekalipun, mereka seakan sedang menikmati kekhasan pak dhe didi kempot menyampaikan patah-patahan hati yang sebenarnya sudah melahirkan ratusan lagu. Bahkan julukan The God Father of Broken Heart disematkan kepada pak dhe didi kempot, beliau adalah publik figur campursari yang karya-karyanya kini masih dinikmati oleh muda-mudi yang sedang nandang cidro, termasuk saya. Heuheu. 

Kabar baik menurut saya, jika pada akhirnya musik campursari bisa membooming kembali. Tak dianggap sebelah mata sebagai selera musik anak-anak desa alias ndesit.  Pak dhe didi kempot sendiri lagu-lagunya selalu tak jauh dari tempat-tempat di sebuah kota, misalkan stasiun balapan, gunung merapi, tanjung mas, dan masih banyak bagian kota Solo, Yogya dan sak sanding-sandinge. Kesan tempat yang diangkat pak dhe didi kempot selalu memberi ruang bagi pendengar untuk bernostalgia, dan lirik-liriknya yang teramat dalam pula membuat trenyuh para penikmat campursari. Saya memang senang mendengarkan radio sewaktu muda, bahkan sering mengirim sms untuk merequest lagu-lagu campursari dan menikmatinya di kamar. Masa muda yang menyenangkan, menenteng-nenteng radio ibuk hingga ke kamar, berteman hp nokia senter. Kecidroan di masa muda saya memang ditemani lagu campursari yang jadi dendang-dendang penenang atau bahkan luapan hati. Apalagi saat di radio ada ibu-ibu atau bapak-bapak penjual yang menelepon langsung ke stasiun radio, demi diputarkannya lagu campursari favorit. Haha saya senang mendengar logat mereka untuk menitip salam bagi kawan-kawan di ruang dengar.

Fenomena cidro, didi kempot dan masa muda bagi saya adalah suatu hal yang meyenangkan, jauh sebelum cidro kini kembali digaungkan jadi musik favorit para sadboys, atau sadgirls di luaran sana. Bagi saya masa SMP saya sudah jadi waktu-waktu campursari benar-benar jadi teman hidup sekaligus teman mengenang mimpi jadi sinden. Di akhir tulisan ini saya pengen menulis lirik lagu campur sari dari pak dhe didi kempot yang hingga kini masih kerap saya nyanyikan :
“Ra maido sopo wong  sing ora kangen, adoh bojo pengen turu angel merem. Ra maido sopo wong sing ora trenyuh, ra kepethuk sakwentoro pengen weruh, percoyo aku kuatno atimu, cah ayu entenono tekaku”

Salam Campursari, Salam Lestari, Salam Literasi. heheu

You Might Also Like

1 komentar

  1. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    BalasHapus

Tentang Batas Teduh di Kota Malang

Photo By IG @anaafitt Sabtu (27/7) berkesempatan untuk mampir dan melipir ke salah satu kafe di Malang. Namanya cukup unik memang, pe...