Telah purna tugasmu, budhe.

Esok adalah hari buruh yang jadi hari libur nasional, kali ini saya jadi teringat sosok perempuan yang dekat dengan saya; Budhe biasa kupanggil dia.
Saya lebih senang saat bercerita pada budhe, atau sekadar mampir sepulang kerja, karena sikapnya yang terbuka dan lebih sabar. Beliau jadi sosok ibu kedua, karena beliau adalah kakak kandung dari ibu biologis saya. Budhe sudah hampir 25 tahun bekerja sebagai buruh peternakan ayam. Keadaan ekonomi keluarga budhe bisa tergolong kurang mampu, rumahnya yang kecil, kehidupannya yang sederhana. Budhe perempuan lulusan SD membuatnya bingung untuk mencari pekerjaan lain selain buruh.

Peternakan ayam yang tak jauh dari rumahnya membuat budhe merasa perlu untuk mengambil pekerjaan sampingan ini, terlebih saat pak dhe terserang penyakit dan hanya bisa terbaring di atas kasur. Budhe sosok perempuan yang kuat, tak kenal lelah, dan sangat sabar. Saya tak pernah melihat langsung bagaimana beliau marah, dulunya saya sering menginap barang sehari dua hari, dan ikut larut dalam rutinitas keluarga budhe. Anak budhe empat orang, yang terakhir umurnya sebaya denganku. Jadi saat saya bercerita mengenai sikap emak yang kerap membuat saya kesal, budhelah yang akan memberikan nasehat, dan semangat untuk sabar. Tak segan ia selalu bertanya "Wis mangan po urung, Budhe jangan iwak" saat aku baru saja sampai di rumahnya.

Budhe akan berangkat ke kandang pukul 06.00 dan pulang  11.30  beristirahat sebentar. Berangkat lagi setelah dhuhur jam 13.00 hingga pulang pada pukul 16.00. Total budhe bekerja 8 jam perhari, itu belum terhitung kegiatan domestik saat beliau harus bangun pagi memasak, mencuci baju, atau menyuapi sang suami.
Budhe perempuan paling kuat meski kulitnya yang terlihat kendur, giginya yang mulai keropos, rambutnya yang sudah beberapa memutih, namun menuanya fisik tak jadi rintangan untuk budhe tetap jadi buruh. Ini semua karena butuh, kata budhe. Saat galau atau suntuk, saya sering menjadikan rumah budhe pelarian, dan beliau tanpa keberatan menampung keponakannya satu ini. Beliau adalah sosok perempuan idola saya, demi keluarga ia rela menyerahkan waktu berharga di hidupnya.

Kemarin, genap dua minggu. Budhe merasakan ada ketidaknormalan pada jantungnya, setelah mengikuti serangkaian check up kesehatan, beliau divonis mengalami jantung bengkak. Saya sempat khawatir dibuatnya, saya beberapa kali ke rumahnya untuk menanya kabar dan sekadar menanya apa yang jadi beban pikiran budhe. Budhe sempat meminta bantuan saya untuk menulisi surat ijin kerja dari dokter untuk pihak kandang, sekali suratnya dikembalikan, harus ada penyakit yang jelas tertera dalam surat ijin itu. Saya tulis sesuai instruksi budhe untuk menuliskan penyakit jantung, ia juga sempat menyayangkan sikap para mandor buruh di kandang yang menerapkan sistem rumit semacam ini. Budhe mengeluh, barangkali budhe ingin berkata lelah dengan bahasa lain.

Setelah mengonsumsi obat jalan, beberapa hari kemudian budhe harus diopname di sebuah klinik karena penyakit tifus telah beberapa minggu bersarang di tubuhnya. Saya sontak kaget, sepupu langsung menghubungi dan meminta bantuan untuk bergantian menunggu budhe. Saya mengiyakan, meski pada saat itu saya ada kuliah, tetapi budhe lebih penting ketimbang dosen-dosen yang terkadang membosankan.
Saya bisa bawa buku sembari menunggu budhe dengan tangan tersalur infus, sesekali saya tanya apa yang ia rasakan. Saya banyak merapal doa agar budhe lekas sembuh, beliau juga bercerita mengenai keputusan untuk berhenti jadi buruh. Karena anak bungsunya yang sudah mapan memberi saran agar budhe di rumah saja, barangkali peristiwa ini jadi pengingat agar budhe beristirahat.

Saya mengiyakan keputusan budhe untuk berhenti, melihat kondisi fisiknya yang tak lagi senormal yang dulu. Dengan keadaan lemas, budhe masih sempat - sempatnya menanya saya sudah punya pasangan atau belum. Saya hanya tertawa, beliau jadi ibu kedua yang membuat saya jadi orang yang beruntung. Andai budhe tak berjuang sejauh ini, mungkin keluarganya tak akan sebaik sekarang, terima kasih budhe dan seluruh buruh perempuan di dunia atas jerih payah selama ini. We love u ❤️

Terima kasih budhe sudah berjuang hingga titik ini, tugasmu sudah purna. Tabik!

You Might Also Like

0 komentar

Tentang Batas Teduh di Kota Malang

Photo By IG @anaafitt Sabtu (27/7) berkesempatan untuk mampir dan melipir ke salah satu kafe di Malang. Namanya cukup unik memang, pe...