SURAT UNTUK SESEORANG YANG TELAH SAH JADI BAPAK


Ramadhan memasuki hari keempat, saat tubuh sedang nikmat merebah sepulang aktivitas seharian. Terdengar dering gawai menandakan pesan, kubuka dan sebuah foto bayi baru lahir terpampang disana. Diposting oleh seseorang yang pernah mampir lumayan lama di bagian hidup saya, waaaa sontak mata berkaca - kaca. Saya cukup membalas pesan pemberitahuan kawan saya tadi dengan kata hmm sekali, haha bukan berarti tidak ikut bahagia, cuma saya bingung harus menanggapi apa, lain pesan lagi kawan saya mengajak ke rumahnya untuk jagong (istilah jawa : datang ke seseorang yang baru saja dikaruniai anak), saya juga cuma bertanya-tanya kenapa mesti kesana, kalau tidak kesana bukannya tidak apa-apa. Perasaan saya baru kemarin menyalami dan datang ke pelaminannya, eh sekarang doi sudah jadi bapak. Cepet ya. Apa cuma sayanya saja yang gak pernah menghitung waktu, jadi tahu-tahu sudah sampai sini. Bayi mungil tadi seperti jadi wujud bahagia doi sudah sah jadi bapak, hmm mau mengucapkan selamat tetapi yang pasti saya tidak bisa datang. Bukan karena alasan apapun, tetapi saya coba menerima dengan membiarkan dia hidup tanpa pernah tahu bagaimana kehidupan saya kini.

Semenjak memutuskan untuk memblokir demi diam-diam mengunfoll dan membuka blokir kembali, saya lumayan bisa mengikuti alur untuk tidak kembali menyesali berapa tahun saja saya sisakan untuk tetap bertahan menyukainya secara diam-diam. Saya bahkan bukan mantan pacar, jadi tidak begitu berhak untuk terundung begitu lama. Hanya saja mungkin momen fall in love with people you can't have itu lumayan lama, jadi rasanya di hati cuma kaya remek gitu aja. Heuheu. Eh iya, niatnya mau bikin surat eh malah curhat.

Hai, sudah lama ya tidak saling berkabar. Gimana sekarang? Bahagia belum jadi bapak? Semoga ya. Semoga anak yang selama ini dinanti bisa jadi lebih baik ketimbang bapaknya, haha. Karena tidak tahu anaknya cewek atau cowok jadi saya doainnya dia jadi anak yang bermanfaat aja, semoga juga bakalan fall in love with people can have aja, biar gak kaya aing. *krikrikkrikrik. Aku sih sempet dapat kabar kamu dari teman-teman kalau sekarang memilih pulang dan bikin usaha ketimbang kerja di luar kota, wah sebegitunya mau jadi bapak ya. Apapun yang kamu pilih bakalan jadi pilihan yang baik, semoga istrimu juga lekas sembuh setelah melahirkan, bimbing dia aja supaya jadi ibu yang bijak, aku percaya kamu bisa. Jadi suratku isinya gitu aja ya. Masih terharu sih, tapi cuma sekadar terharu. Gak lebih. Hehe. 👋

Kira-kira isi surat saya begitu saja, suatu saat kalau anaknya juga hobi nulis dan baca tulisan saya, setidaknya peristiwa hari ini jadi momen terbaik buat doi. Saya mau nulis apa lagi ya, pesan udah, menyampaikan rasa bahagia sudah, kalau menyampaikan perasaan ya ikut bahagia aja. Maaf aja dengan tulisan ini semoga bisa menggantikan  keikutsertaan di momen bahagiamu. Selamat, selamat. Jabat erat, mau tak peluk dan tak kasih puk-puk dari jauh dan tak bisikin "Jadi Bapak yang bijak ya, jangan keabsahanmu sebagai bapak sekarang ini cuma ajang seneng - seneng, tapi kamu dapat tamu kecil dari Tuhan" - eaaaa sok sok an anying. Semakin saya tulis panjang, semakin saya ikut terharu. Poin pentingnya saya mau bersurat, lewat tulisan dan mengucapkan selamat.

Hehe, selamat selamat! 🐣

Foto dari unsplash.com

You Might Also Like

0 komentar

Tentang Batas Teduh di Kota Malang

Photo By IG @anaafitt Sabtu (27/7) berkesempatan untuk mampir dan melipir ke salah satu kafe di Malang. Namanya cukup unik memang, pe...