Buka bersama atau enggak juga gapapa

Beberapa minggu menjelang puasa, ponsel saya memunculkan notifikasi grup alumni MI, MTs, MAN atau bahkan playgroup. Semua berlomba-lomba menyelenggarakan agenda buka bersama. Dengan wajah sedekit ditekuk, saya sekadar menscroll dari atas ke bawah, yang muncul di grup ya itu - itu saja, yang pasti chat doi gak akan ada ngajakin bukberdu alias buka berdua syahdu, haha mamam tuh halusinasi. Sedikitnya lima agenda bukber tersusun di kalender, tetapi mulai tahun kemarin saya tak begitu antusias untuk mengikuti bukber yang sudah kehilangan inti-intinya bukber.

Lha mosok bukber isinya cuma datang, menyapa, foto bersama, makan habis, ehh sudah pulang begitu saja. Ya, menurut saya kurang ada inti gitu, intinya inti. Bukber atau buka bersama maknanya kurang lebih kegiatan berbuka puasa dengan momen kebersamaan, semisal ditunjukkan dengan saling mengobrol kesibukan masing-masing, atau cerita kisah perjalanan merindukannya pekerjaan, atau berbagai cara agar berbuka puasa jadi bersuasana hangat dan penuh kekangenan. Kalau mau mabar ya monggo asalkan mabarnya tahu tempat, kalau temannya sedang bercerita ya mbok didengarkan, bukan cuma fokus ke mobar mabar saja. Jadinya malah erosi dan mobal nanti. Biar kalau bayar iuran bukber itu gak sia-sia, dapat makanannya sekaligus maknanya.

Saya sendiri sudah melewati fase bukber dari yang bergaya di rumah makan hingga di rumah teman, pada akhirnya semua hanya tinggal tersisa rasa ketidakpuasan. Dimana momen yang seharusnya kita manfaatkan untuk saling menebar kebaikan, justru gak menemukan baik-baiknya, jadi semacam sama saja bukber dengan teman dan di rumah. Tetapi tak ikut serta dalam bukber bukan berarti menolak silaturahim, bisa jadi kawan-kawan ada yang sedang mengumpulkan uang untuk persiapan pernikahan lebaran, atau memang sedang ingin menikmati Ramadhan Time dengan keluarga.

Toh, kalau tidak bukber juga tidak apa - apa. Kalau bukbernya dibuat semenarik atau tidak segaring seperti paparan diatas, saya masih bisa maklum dan mencoba meluangkan waktu. Ya, semoga saja ada yang ingin kembali menghidupkan makna bukber sesungguhnya dan mengenang kembali doi-doi masa lalu, apasi -_-

Hehe ya ini sekadar suara hati, kalau kenyataannya benar ya monggo dipikirkan bersama, demi mewujudkan bukber yang benar-benar bukber.

Tabik!

You Might Also Like

0 komentar

Tentang Batas Teduh di Kota Malang

Photo By IG @anaafitt Sabtu (27/7) berkesempatan untuk mampir dan melipir ke salah satu kafe di Malang. Namanya cukup unik memang, pe...